[Book Review] toxic relationsh*t
- Syllia Stera
- Apr 18, 2021
- 4 min read
Updated: Jul 4, 2021

Judul: toxic relationsh*t: bagaimana sindrom gadis baik menjebakmu dalam hubungan tidak baik
Penulis: Diana Mayorita
Bahasa: Bahasa Indonesia
ISBN: 9786239497941
Toxic relationship sering dideskripsikan sebagai sebuah relasi atau hubungan (dalam case ini, romantic relationship) yang tidak sehat karena merusak mental orang yang terlibat dalam hubungan tersebut. Biasanya, perempuan adalah pihak yang paling rentan terjebak dalam toxic relationship karena bermacam-macam alasan, mulai dari faktor eksternal seperti akibat dari kultur yang masih menempatkan perempuan sebagai mahluk lemah, atau dari faktor internal yaitu karena personality perempuan itu sendiri.
Landasan seseorang bisa memiliki kepribadian yang sehat berawal dari membangun rasa percaya dan mengembangkan kelekatan yang sehat di fase awal pertumbuhannya.
Kebanyakan toxic relationship bermula dari luka hati yang sebelumnya pernah kita rasakan. Luka hati tersebut bisa saja bermula dari hubungan sebelumnya maupun karena didikan atau situasi keluarga ketika masih kecil. Pada dasarnya, semua manusia- terutama pada fase awal kehidupannya, yaitu ketika masih kecil- membutuhkan trust dan safety. Jika kita dibesarkan dalam lingkungan yang tidak atau kurang memberikan hal tersebut, maka ada kemungkinan untuk jatuh di dalam hubungan yang tidak sehat.
Buku ini merinci macam-macam toxic situation yang sering muncul dalam hubungan yang tidak sehat, yaitu:
1. Kekerasan Kekerasan tidak hanya berupa kekerasan fisik maupun seksual, ada juga kekerasan yang tidak secara fisik yaitu kekerasan verbal dan ekonomi. Biasanya korban kekerasan fisik adalah perempuan karena banyak perempuan yang memiliki nice girl syndrome. Nice girl syndrome membuat perempuan sulit untuk menyadari bahwa dirinya ada dalam hubungan tidak sehat sehingga tidak bisa melawan untuk bisa lepas dari toxic relationship tersebut.
2. Manipulasi Dalam hubungan romantis, manipulasi digunakan untuk membuat pasangan melakukan hal yang kita inginkan. Manipulasi bisa berupa playing victim, rasionalisasi, membuat orang merasa bersalah, dan lain-lain. Semua orang bisa melakukan manipulasi dan bahkan kadang seseorang tidak sadar kalau dirinya bersikap manipulatif. Manipulasi dalam suatu romantic relationship sangat merugikan pasangan karena membuat mereka kehilangan sense of self dan bergantung sepenuhnya pada sang manipulator.
3. Obsesi Obsesi adalah jenis sifat toxic yang sering diromantisasi oleh media. Obsesi bisa dikategorikan sebagai mental illness karena orang yang terobsesi dengan sesuatu cenderung tak bisa mengendalikan emotional attachment nya terhadap sesuatu, dan hal ini bisa berujung dengan tindakan yang berlebihan serta kompulsif. Dalam cinta yang obsesif, seseorang memiliki impian yang berlebihan tentang hubungan percintaannya dan merasa jika pasangannya tidak berlaku sesuai dengan impiannya tersebut maka ia akan menghalalkan segala cara untuk mengendalikan orang tersebut untuk memenuhi impiannya.
Kita perlu menyadari bahwa kita tak bisa menggantungkan kebahagian maupun proses penyembuhan luka batin kepada orang lain, terlebih pasangan.
Memang di dunia ini ada hubungan yang tidak berjalan dengan baik dan menjadi toxic, namun bukan berarti kita tidak bisa mengusahakan agar bisa menjalani hubungan yang sehat. Menghargai diri sendiri dan pasangan, komunikasi dan kerja sama adalah kunci untuk bisa mendapatkan hubungan yang sehat. Namun jika sudah berusaha tapi tidak bisa mendapatkan hasil yang baik, maka tak ada salahnya melepas hubungan tersebut .

Okay, ini pertama kalinya aku baca buku non fiksi Indonesia. Aku tertarik karena banyak yang ngasih review bagus buat buku in, and well, sebagai orang yang juga sedang in relationship kupikir aku juga perlu baca-baca buku ini juga.
Let’s see...
Bahasa simple, mudah dimengerti. Ratingnya 15+ jadi mungkin targetnya juga buat remaja, makanya bahasanya santai tapi juga deskriptif. Kalau aku seorang anak 15 tahun yang sedang galau soal hubungan percintaannya, buku ini bisa jadi solusi yang tepat karena menjelaskan seperti apa perilaku yang sebenarnya termasuk toxic tapi sering dianggap wajar saja. Unfortunately, I’m an almost 30 years old auntie jadi kebanyakan pembahasan yang ada disini adalah hal yang sudah lumrah dan wajar buatku, sehingga ketika baca dan melihat contoh kasus, solusi dan penjabarannya ya aku merasa biasa aja, nggak ada sense of enlightment nya.
(But then again, ada juga orang seumuranku yang masih sering terjebak toxic relationship, jadi mungkin nggak ada hubungannya dengan umur ya kalau soal ginian)
What I don’t really like from this book is penjelasan teoritis yang terlalu panjang. Ngerti sih penting buat ngasih penjelasan tentang dari mana sifat sifat toxic kita itu berasal, cuma sampai satu bab sendiri buat ngebahas berbagai teori psikologi yang menjelaskan soal kelekatan, child rearing, dan gono-gini is a bit too much for me. Tapi itu pendapat pribadiku sebagai orang awam psikologi yang cuma pengen baca buku ini untuk dapat insight dan solusi praktis, ya. Kalau buat orang yang mau baca buat kebutuhan tambahan pengetahuan ilmu psikologi, mungkin justru penjelasan yang panjang lebar itu malah bagus buat jadi referensi juga. Tapi aku salut karena meskipun di buku ini ada banyak jabaran mengenai teori-teori psikologi, penjelasannya mudah dimengerti bahkan buat orang awam sekalipun.

Well, intinya sih ya, buku ini banyak membantu memberikan pandangan objektif ketika pikiran kita terlalu subjektif untuk menyadari kalau kita sebenarnya sedang terjebak dalam toxic relationship. Ada juga berbagai motivasi dan solusi untuk memperbaiki diri supaya bisa jadi pribadi yang lebih kuat. Ditambah dengan adanya exercise dan checklist untuk mengecek keadaan mental kita saat ini, makin membuat buku ini jadi a must read buat orang-orang yang sedang bingung dengan keadaan relationship-nya saat ini. Jadi buat kamu yang in relationship- baik yang lagi galau atau bahagia- atau mungkin jomblo yang ingin nambah ilmu supaya tidak jatuh ke toxic relationship, mungkin kamu bisa baca buku ini buat dapat pencerahan tanpa harus repot-repot browsing soal toxic relationship dan gono-gininya karena semua sudah dibahas disini.
Comments