top of page

[Book Review] Siapa Yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?

  • Writer: Syllia Stera
    Syllia Stera
  • Jun 12, 2021
  • 3 min read

Updated: Jul 4, 2021


Judul: Siapa Yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? (내가죽으면장례식에누가와줄까) Penulis: Kim Sang-hyun Bahasa: Bahasa Indonesia (terjemahan dari Bahasa Korea) ISBN: 9786237351542


Summary:


Buku ini adalah refleksi kehidupan dari sang penulis, Kim Sang-hyun. Buku ini berisi tentang cerita-cerita yang diiringi dengan kontemplasi dan reflesi atas kehidupan yang dijalani selama ini beserta segala tindakannya.


Pada dasarnya buku ini dibagi menjadi 4 bab utama yaitu Kesalahan, Hati Yang Hilang, Sejarah, dan Semoga Itu Kebahagiaan. Dalam setiap bab terdapat beberapa sub-bab lagi yang menceritakan tentang pengalaman dan isi pikiran si penulis mengenai apa yang dialaminya tersebut.


Meski judulnya bertema kematian, namun isinya lebih mengenai kontemplasi kehidupan dan perbuatan baik yang bisa kita lakukan terhadap sesama. Mengutip dari official blurp nya: Buku ini adalah catatan kecil sang penulis yang berusaha untuk hidup sedikit lebih baik, sedikit lebih bahagia, sedikit lebih sejahtera. Ditulis dengan gaya bahasa yang tenang dan jujur, Kim Sang Hyun mencoba menyampaikan kehangatan, memberikan penghiburan, dan menumbuhkan kekuatan bagi pembaca untuk menjalani hidup, meraih mimpi, juga mengatasi kekecewaan dan berbagai perkara hidup sehari-hari.



First thing first: the title is a scam. With such omnious title, kita akan berpikir kalau buku ini isinya edgy and grim, ngomongin kematian dan refleksi kehidupan dilihat dari sisi orang yang mungkin suicidal atau mendekati akhir hidupnya. Semacam How to Die nya Seneca gitu lah.


But nope. Isinya tentang mas-mas melankolis yang merenungi kehidupannya. Apakah saya sudah berbuat baik? Apakah wajar saya merasa sedih dalam situasi ini? Bagaimana sikap kita terhadap orang yang tidak menyukai kita? Ya pokoknya hal-hal begituan lah. Satu-satunya hubungan antara judul dengan isi bukunya adalah satu bab dimana si penulis memikirkan jika dia mati nanti apakah ada yang akan mengenang dan datang ke pemakamannya, dan ini menjadi dorongan baginya untuk hidup sebaik-baiknya.


Jadi ya bisa dibilang buku ini keberatan judul. Judulnya se-cetar itu tapi isinya tipikal motivasi dan renungan hidup. Quite a big letdown, in my opinion.


Does it good? Yes. But not in mindblowing way. Seperti lazimnya buku-buku self-help dari Korea yang lagi nge-trend saat ini, they didn’t offer any motivation. What this book offers is an acceptance- bagaimana cara menyikapi suatu kejadian dengan tenang, dan menerima berbagai kesulitan dengan lebih legowo dan sabar.


Topik yang dibahas dalam setiap renungannya pun adalah topik yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sangat relatable bagi orang yang membacanya. Misalnya saja soal cara menykapi orang yang tidak suka dengan kita, mengenang jasa orang tua dalam hidup kita selama ini, menghadapi pilihan sulit, meraih mimpi, dan lain-lain.


Gaya penulisannya, seperti yang diadvertise di blurb- sangat tenang. Ya namanya juga renungan, nggak mungkin ditulis dengan gaya yang lugas dan tegas, tapi lebih ke mellow dan teduh. Tiap bab juga tidak memiliki kesinambungan selain dari segi topik, jadi bisa dibaca secara acak. Tiap bab isinya mostly tulisan singkat (mentok-mentok 2-3 lembar), sehingga nggak perlu waktu lama buat membacanya.


Renungan yang ada didalamnya pun tidak terlalu berat. Memang sih kesannya kayak motivasi yang bijak, tapi nggak dipikirin sampai terlalu dalam juga nggak apa-apa kok. Makanya buku ini cocok juga buat orang yang pengen mulai mikirin soal makna kehidupan tanpa jadi puyeng karena mikir terlalu jauh.



Like I said before, ini buku yang bagus tapi nggak mindblowing. Bagus buat refleksi ringan walau keberatan di judul. Tapi yah, personally I can’t like this book karena too soft for me. Terlalu idealis, naif dan soft hearted, sehingga nggak cocok buat orang-orang yang rada edgy kayak aku. Also the biggest letdown is judulnya yang grim tapi isinya renungan sadboy. Rasanya kayak di PHP, dan kesan inilah yang bikin aku jadi nggak bisa ngasih penilaian bagus buat buku ini. Walaupun harus diakui ini adalah marketing strategy yang lumayan karena bisa menjaring banyak korban.


But that’s me and my edgy’ ass. Bagi orang-orang yang lebih berhati lembut dan positif, buku ini pasti bisa jadi bacaan yang bagus. Because well, edgy or not, semua orang butuh sesekali mengkontemplasikan hidupnya kan? Apalagi karena renungan disini mengangkat topik yang sering digalaukan oleh anak muda, jadi menurutku buku ini cukup recommended buat anak muda yang lagi butuh bimbingan soal menyikapi kehidupan.


Rating: 3.5/5

Commentaires


Post: Blog2_Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

  • Facebook
  • Twitter
  • LinkedIn

©2021 by Syllia's Book Trail. Proudly created with Wix.com

bottom of page