top of page

[Book Review] Penjara Yang Kita Pilih Untuk Tinggal di Dalamnya

  • Writer: Syllia Stera
    Syllia Stera
  • May 20, 2021
  • 4 min read

Updated: Jul 4, 2021


Judul: Penjara Yang Kita Pilih Untuk Tinggal di Dalamnya (Prisons We Choose To Live Inside)

Penulis: Doris Lessing Bahasa: Bahasa Indonesia (terjemahan dari Bahasa Inggris)

ISBN: 9780060390778


Summary:


Buku ini adalah kumpulan 5 buah esai yang ditulis oleh Doris Lessing, seorang penulis wanita dari Inggris. Dalam buku ini Lessing menuliskan pandangannya terhadap berbagai macam masalah sosial, dan bagaimana cara kita melihat berbagai gejolak yang ada dalam masyarakat dengan pikiran yang lebih jernih


5 buah esai yang ada di dalam buku ini adalah:


1. Saat Mereka yang Ada di Masa Depan Melihat Kembali Era Kita Dalam esai pertama ini, Lessing membahas bagaimana manusia masih terdominasi oleh masa lalu mereka yang buas dan brutal, sehingga di masa kini pun, walaupun mengetahui bahwa tindakan yang brutal adalah suatu kekejaman, manusia tetap melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, sangat penting bagi manusia untuk bisa berpikir secara jernih dan objektif agar kita tidak terbawa suasana dan mengikuti sifat buas tersebut, dan menyesali hal tersebut di masa depan.


2. Kalian Terkutuk, Kami Terselamatkan Dalam esai kedua, Lessing membahas betapa mudahnya manusia untuk terjerat dalam fanatisme kelompok, menganggap kelompoknya adalah yang paling benar dan yang lainnya salah. Fanatisme terhadap kelompok ini membuat manusia bisa berbohong hanya untuk membuktikan bahwa kelompoknya, dan hal yang dipercayainya adalah hal yang benar. Kenapa bisa begitu? Karena manusia menginginkan kepastian, dan tidak menyukai hal yang berbau grey area. Maka akan lebih mudah mengelompokkan sesuatu menjadi hitam dan putih, berpikir kalau dia salah dan saya benar.


3. Menyaksikan Dallas Esai ketiga ini cukup menarik karena membahas suatu hal yang jarang dibahas, yaitu tentang cuci otak. Disini Lessing membahas mengenai tindakan cuci otak dari pemerintah yang mengatur informasi yang telah diberikan kepada rakyat, untuk memanpulasi dan mengontrol mereka. Tapi uniknya adalah: kaum yang menolak praktek cuci otak justru tidak pernah mau mempelajarinya. Padahal dengan mempelajarinya, mungkin kita bisa menyadari yang mana yang merupakan cuci otak dan bisa menghindarinya.


4. Jiwa Kelompok Manusia adalah mahluk yang suka hidup berkelompok, dan kita biasanya memilih hidup berkelompok dengan orang yang sepemikiran dengan kita. Namun, jika suatu saat kita memiliki pandangan yang berbeda, maka akan ada resiko dikucilkan dan dianggap sebagai musuh dari kelompok tersebut. Atau pada akhirnya memilih untuk mengikuti pendapat mayoritas karena tidak tahan dengan peer pressure. Padahal belum tentu pandangan mayoritas adalah pendapat yang benar. Oleh karena itu sangat penting bagi manusia untuk menghormati orisinalitas sebagai seorang individu.


5. Laboratorium Perubahan Sosial Esai terakhir ini membahas mengenai bagaimana cara memandang masyarakat dan diri kita secara objektif. Di dunia ini ada banyak pemikiran dan ideologi, namun hal tersebut tidak abadi dan suatu saat, cepat atau lambat akan berubah digantikan oleh pemikiran yang baru. Namun sebenarnya perubahan tersebut bukanlah hal yang baru, karena sejarah membuktikan bahwa manusia hanya mengulang kembali hal yang sebelumnya pernah dilakukan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu berpikiran terbuka, fleksibel, memiliki orisinalitas, dan mau belajar dari masa lalu untuk bisa tetap survive di tengah berbagai perubahan yang terjadi.



This is going to be short because, well, I don't have enough words to describe this book.


Okay, first thing first: amazing. Lessing mengomentari segala masalah yang ada di dunia ini dengan cara yang sangat pragmatis dan stoic. Caranya berkomentar dan pandangannya tentang manusia beserta semua masalah sosial yang ada pada masanya mengingatkanku sama pemikiran para filsuf Stoisisme yang selalu menekankan kita buat jangan terlalu tergesa-gesa dan reaktif dalam menilai suatu hal, tenang dulu dipikirin baik-baik baru komen. Tapi somehow aku merasakan ada rasa bitterness terhadap umat manusia yang dirasakan oleh Lessing. Mungkin karena dia sendiri sudah melihat sisi terburuk manusia pada jamannya, sehingga at some point she just lost some of her faith in humanity.


Esai disini ditulis dalam bentuk esai yang to the point nggak bertele-tele, dengan berbagai anekdot dan retorika yang menarik. Mirip sama surat-suratnya Seneca yang pernah kubaca sebelumnya di koleksi Ancient Wisdom-nya Princeton. Dan karena aku enjoy gaya penulisan Seneca jadi aku juga enjoy gaya penulisannya Lessing ini karena mirip. Mungkin gaya penulisan yang mirip inilah yang membuatku langsung mengasosiasikannya dengan paham Stoisisme juga?


Although I must admit, aku kurang paham soal esai yang ketiga because, well, what/who tf is Dallas? I can get the general idea but can’t really understand about the example here until I googled about Dallas and even now, I still can't understand it fully. Tapi ya mau gimana lagi, perbedaan pengetahuan dan lifestyle sih ini.


Second is, well, ini bukan masalah konten sih, tapi lebih ke masalah penerjemahan. Seperti yang terlihat dari judulnya, yang kubaca ini adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia. Hanya saja gaya penerjemahan disini agak kaku? Atau mungkin kemampuan pemahaman bahasa Indonesiaku yang masih kurang? Karena ada beberapa kalimat yang perlu aku baca beberapa kali supaya bisa nangkep isinya dengan baik. But well, namanya juga terjemahan ya, jadi masih wajar lah ya kalau ada yang lost in translation.



Long story short: buku ini bagus banget. Bagi kalian yang seneng sama topik bertema social science buku ini pas banget buat dibaca karena, well, seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, bentuknya esai jadi ya langsung to the point ke inti masalah nggak pake muter-muter. Singkat jelas padat, namun mind opening. Bisa dibaca habis dalam sekali duduk, namun tepat memberikan materi yang padat dan easy to understand. Plus versi terjemahan ini harganya cukup affordable (only around IDR 40k!), jadi langsung cus aja beli dan baca bukunya.


Rating: 5/5

Comentários


Post: Blog2_Post

Subscribe Form

Thanks for submitting!

  • Facebook
  • Twitter
  • LinkedIn

©2021 by Syllia's Book Trail. Proudly created with Wix.com

bottom of page