[Book Review] Deschooling Society
- Syllia Stera
- Apr 8, 2021
- 3 min read
Updated: Jul 4, 2021

Judul: Deschooling Society
Penulis: Ivan Illich
Bahasa: Bahasa Inggris
ISBN: 9780714520704 (2014)
Ditulis oleh Ivan Illich pada tahun 1971, Deschooling Soceity adalah sebuah kritik terhadap sistem dan institusi edukasi modern, terutama di Amerika.
“Institutional wisdom tells us that children need school. Institutional wisdom tells us that children learn in school. But, this institutional wisdom is itself the product of schools because sound common sense tells us that only children can be taught in school. Only by segregating human beings in the category of childhood could we ever get them to submit to the authority of a schoolteacher.”
“The pupil is thereby “schooled” to confuse teaching with learning, grade advancement with education, a diploma with competence, and fluency with the ability to say something new.”.
Buku ini mengajak kita buat memahami kembali apa artinya ‘pendidikan’. Selama ini ‘pendidikan’ didefinisikan secara sempit oleh masyarakat menjadi hanya sekedar kegiatan belajar mengajar di institusi pendidikan. Kita dicuci otak dengan pola pikir bahwa kita cuma bisa belajar, atau mendapat pengetahuan di sekolah saja. Sehingga terciptalah logika nggak sekolah = nggak berpendidikan = masa depan suram. Tidak hanya itu, kita pun jadi mengira pencapaian kita di sekolah sama dengan actual skill dan kompetensi kita. Padahal seharusnya kompetensi seseorang tidak hanya dinilai dari ijazah atau sertifikat diatas kertas saja, tapi juga dinilai dari pemahaman dan kemampuannya dalam mengimplementasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
“A major illusion on which the school system rests is that most learning is the result of teaching. Teaching, it is true, may contribute to certain kinds of learning under certain circumstances. But most people acquire most of their knowledge outside school, and in school only insofar as school, in a few rich countries, has become their place of confinement during an increasing part of their lives.”
Ivan Illich juga mengajak kita untuk ‘deschooling’, atau melepaskan diri dari belenggu institusi pendidikan. Disini kita diajak berpikir kalau kenyataannya, sebagian besar pengetahuan yang kita tidak didapat dengan cara duduk dengerin guru di sekolah dan ngerjain tugas, tapi dari dunia di sekitar kita. Kita mungkin bisa belajar matematika karena diajarin di sekolah, tapi dari mana kita bisa ngerti cara masak, main gitar, video editing, atau mungkin bahasa lokal? Sebagian besar asalnya pasti dari luar sekolah. Mungkin masaknya diajarin nyokap, main gitar diajarin temen, video editing hasil nonton tutorial di Youtube, dsb. Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak menyepelekan proses pembelajaran diluar sekolah karena tanpa sadar kita pun sebenarnya juga banyak belajar dari lingkungan luar sekolah supaya bisa function dalam masyarakat.

As someone who works in education sector, somehow I can understand why Ivan Illich decided to write this critic. Walaupun yang dikritik disini adalah sistem edukasi di U.S, ada banyak yang poinnya cukup relatable di Indonesia. Terutama di bagian mistaking diploma with competence yang sering terjadi di kalangan fresh graduate. I mean, kita sudah sering denger kan cerita orang yang menyombongkan lulusan almamater ternama atau punya IPK tinggi, tapi pas kerja nggak bisa apa-apa? Itu salah satu bukti nyata kebenaran dari kritik Illich.
Well, despite that, menurutku ada beberapa views dan solution yang ditawarkan oleh Illich yang berasa outdated banget, terutama di jaman modern ini. Tapi ya bisa dimaklumi karena buku ini aja ditulis tahun 1971. Hampir 50 tahun lalu, guys. Jadi wajar kalau ada beberapa idenya dia yang udah nggak relevan. Tapi personally aku suka dengan pemikirannya, terutama yang soal ‘belajar nggak harus selalu dari sekolah’. Mungkin kalau Illich ngeliat orang-orang jaman sekarang yang bisa belajar dari Youtube tutorial dan online classes gitu-gitu, dia pasti seneng karena idenya dia akhirnya bisa diimplementasikan di real world.
Bukunya mungkin kelihatan tipis (sekitar 50 halaman), tapi isinya padat banget 1 halaman dibagi 2 kolom. Ini bukan jenis bacaan yang bisa dibaca sekali duduk karena banyak yang bisa dipelajari dari sini. Tapi waktu yang dihabiskan buat membaca ini dijamin worth it, karena bakal menambah wawasan kita soal dunia pendidikan.

All in all, Buku ini bagus banget buat kalian yang berminat buat jadi guru, dosen atau pendidik di masa depan (atau mungkin yg sekarang udah jadi guru) supaya kita ingat lagi apa tujuan dari pendidikan, dan supaya lebih luwes dalam memberikan pengajaran, tidak hanya terpaku dengan buku teks dan kurikulum saja.
Kalau sudah baca buku ini, nanti mungkin bisa lanjut baca Creative School karangannya Ken Robinson yang isinya kurang lebih mirip sama buku ini, walaupun dalam versi yang lebih modern. Whichever it is, semuanya adalah buku yang bagus buat memperluas pandangan kita soal implementasi sistem pendidikan yang kreatif.
![[Book Review] Can't Even - How Millenial Became the Burnout Generation](https://static.wixstatic.com/media/52ee62_d8b6c79e52874ef3b98461e322e15121~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_1480,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/52ee62_d8b6c79e52874ef3b98461e322e15121~mv2.jpg)
![[Book Review] Behind Closed Doors: Sex Education Reformed](https://static.wixstatic.com/media/52ee62_f1d73d457a744371aa0cdd76cff5dd3a~mv2.jpg/v1/fill/w_309,h_475,al_c,q_80,enc_avif,quality_auto/52ee62_f1d73d457a744371aa0cdd76cff5dd3a~mv2.jpg)
![[Book Review] Siapa Yang Memasak Makan Malam Adam Smith?](https://static.wixstatic.com/media/52ee62_3d350e90f28d4e799ccf9c3147e9b845~mv2.jpg/v1/fill/w_866,h_1255,al_c,q_85,enc_avif,quality_auto/52ee62_3d350e90f28d4e799ccf9c3147e9b845~mv2.jpg)
Comments