[Book Review] The Sunday Potluck Club
- Syllia Stera
- Jul 19, 2021
- 3 min read

Judul: The Sunday's Potluck Club Penulis: Melissa Storm Bahasa: Bahasa Inggris ISBN: 1496726642
Summary:
4 Orang wanita muda- Amy, Bridget, Hazel dan Nichole- bertemu di kafetaria rumah sakit saat sedang mendampingi orang tua mereka menjalani kemoterapi. Kesamaan nasib membuat mereka menjadi sahabat karib, dan membuat sebuah support system sebagai sesama anak dari penderita kanker; The Sunday Potluck Club, dimana mereka meluangkan waktu di hari Minggu mereka untuk berkumpul, makan bersama dan saling support satu sama lain.
Satu persatu, orang tua mereka pun meninggal karena kanker. Dimulai dari ayah Hazel, lalu ibu Amy dan terakhir adalah ibu Bridget. Sementara ayah Nichole berhasil memenangkan pertarungannya dengan kanker. Amy dan Bridget yang baru saja mengalami kehilangan orang tua pun menghadapi kesedihan mereka dengan cara yang berbeda; Amy berusaha move on dengan cara mecoba mendekati muridnya yang pendiam, sedangkan Bridget malah jadi hiperaktif dan ikut volunteer di tempat penampungan hewan.
Namun tentu saja, muncul berbagai masalah karena tendensi mereka yang suka overdoing things sebagai pelampiasan dari kesedihan akibat kehilangan orang tua. Untunglah mereka berdua punya teman-teman dari Sunday Potluck Club yang selalu siap membantu. Dengan bantuan dan masukan dari teman-teman di Sunday Potluck Club, Bridget dan Amy pun berusaha untuk melalui masa-masa terberat mereka dan mendapatkan kembali kebahagian.

Awalnya, aku tertarik sama buku ini karena judulnya yang berbau makanan. Dengan desain cover yang terlihat chick dengan warna yang cerah dan premise ceritanya yang bergenre slice of life yang wholesome, buku ini terlihat seperti bacaan ringan yang bagus buat menghabiskan waktu.
Dan sesuai dugaan, ceritanya memang ringan dan wholesome. Sesuai summarynya, ini adalah kisah para wanita yang sedang dalam proses memulihkan diri dari kesedihannya setelah kehilangan keluarga, dan mencoba meraih kembali kebahagiaan dengan bantuan support system mereka. Simpel dan wholesome, jadi jangan mengharapkan drama dengan plot twist yang wow disini, karena inti cerita disini adalah bagaimana para tokohnya menjalani hari-hari mereka seperti layaknya orang biasa pada umumnya.
Cerita di novel ini termasuk cerita singkat, jadi nggak terlalu bertele-tele dengan segala drama yang aneh-aneh. Tapi sayangnya karena terlalu singkat itulah dramanya jadi biasa aja (walaupun menurutku agak maksa) dan penyelesaiannya pun simpel banget. Makanya jadi terasa nggak berkesan karena nggak ada twist yang menarik dan ending-nya pun jadi mudah ditebak.
Dan yah, salah satu kekurangannya adalah terlalu maksa buat memberikan wholesome vibes. Semua orang punya jawaban yang tepat buat permasalahan yang dialami para tokoh disini dan selalu punya waktu buat membantu mereka. Cerita yang wholesome itu bagus, tapi kalau terlalu wholesome jadi malah nggak realistis dan terasa kayak daydreaming banget.
Satu lagi komplainku: Judulnya Sunday Potluck Club, tapi adegan mereka beneran berkumpul buat mengadakan potluck itu bisa dihitung pakai satu tangan. Kukira premise buku ini adalah dimana cewek-cewek ini berkumpul dan saling support, saling menasehati dan saling cerita di pertemuan potluck, tapi ternyata malah jadi drama kehidupan sehari-hari yang biasa.
Bukan berarti buku ini jelek banget, ya. Tapi, yah, mungkin terlalu biasa dan nggak menonjol, nggak ada hal yang istimewa banget. Mungkin karena ditargetkan sebagai bacaan ringan dan memang didekasikan buat orang-orang yang sedang berusaha coping with grief, makanya sengaja dibikin simpel dan wholesome banget supaya pembacanya bisa rileks.

The Sunday Potluck Club adalah bacaan yang sangat ringan dan bisa diselesaikan dengan sekali duduk. Ceritanya mungkin biasa aja, tapi ada satu hal yang menarik yang kupelajari dari sini; yaitu tiap orang punya coping mechanism yang berbeda, dan coping mechanism yang terlihat positif sekalipun sebenarnya ada sisi nggak sehatnya juga. Makanya penting buat orang disekitar buat nggak cuma selalu supportif, tapi juga tetap memberikan masukan dan mengingatkan untuk tidak memaksakan diri.
Walaupun temanya adalah tentang dealing with grief, tapi penyampaiannya yang ringan dan wholesome membuat buku ini bisa bikin rileks, terutama buat orang yang sedang berusaha mengatasi kesedihan setelah kehilangan orang terdekat. Mungkin ini bisa jadi bacaan yang tepat buat orang yang sedang butuh relaksasi dan secercah positivity dalam kehidupannya setelah mengalami banyak hal yang berat, terutama di masa pandemi ini.
Comments